AM Hendropriyono: Akademi Militer Harus Siapkan Taruna dengan Kompetensi Lengkap


JAKARTA,– Akademi Militer harus mempersiapkan taruna yang memiliki kompetensi lengkap di abad teknologi informasi yang menghadirkan ancaman terhadap keamanan nasional. Ancaman yang tidak lagi konvensional.

Pernyataan itu disampaikan Jenderal TNI (Purn.) AM Hendropriyono menjawab pertanyaan SenayanPost di sela Reuni Emas 50 Tahun Alumni AMN 1967, Sabtu siang (11/11/2017) di Gedung Wijayakusuma, Jalan Raya Mabes Hankam, Ceger, Cipayung, Jakarta Timur.

Kompetensi lengkap tersebut, menurut Hendropriyono, harus dibangun di atas platform perang berbasis teknologi informasi.

“Siapa yang lebih menguasai informasi, dialah yang menang,” tegasnya.

Kepada taruna juga harus dipahamkan, bahwa di dalam perang berbasis teknologi informasi ini, strategi yang dipilih lebih bersifat psikologis, dengan sasaran berupa menghentikan semangat atau kemauan lawan untuk terus bertempur.

Karena itu, menurut Hendropriyono, TNI masa depan adalah tentara profesional yang semakin terampil menjalankan fungsi pertahanan dalam lanskap peperangan baru.

Oleh karena itu, TNI harus lebih dekat dengan rakyat untuk menggalang kekuatan semesta, sehingga strategi hybrid bisa diterapkan secara kenyal, terkoordinasi dan terpadu.

Lebih lanjut Hendropriyono mengatakan, tujuan perang adalah menguasai peradaban lawan, yang menyangkut ideologi, politik, sosial budaya, ekonomi, serta pertahanan dan keamanan. Namun, ada prinsip yang harus dipegang teguh, bahwa keputusan perang merupakan keputusan politik yang bersifat multidimensi.

Jenderal TNI (Purn.) AM Hendropriyono dilantik pada 1967 dengan pangkat Letnan Dua Infanteri. Dua tahun kemudian (1969), Hendropriyono ditugaskan untuk bergabung dalam pertempuran anti gerilya Detasemen Tempur 13 Pasukan Khusus Angkatan Darat yang dipimpin oleh Kapten infanteri Soegito, di sektor Timur Kalimantan Barat.

Tiga tahun setelahnya, pada Agustus 1972, Hendropriyono kembali ditugaskan ke Kalimantan Barat. Kali ini tergabung dalam Satuan Tugas 42 Kopassandha pimpinan Mayor infantri Sintong Panjaitan di sektor Barat. Hendropriyono memimpin operasi intelstrat Halilintar Satgas 42 Kopassandha. Operasi ini merupakan Operasi Sandi Yudha pertama.



Kehadiran akademi militer merupakan gagasan Bung Hatta yang saat itu menjabat sebagai Wakil Pesiden merangkap sebagai Menteri Pertahanan (Januari 1948 – Desember 1949), untuk melahirkan para perwira militer yang berkualitas. Walaupun Akademi Militer tersebut sempat terhenti, namun kemudian berdiri kembali dengan nama AMN (Akademi Militer Nasional) pada 1957.

Hendropriyono Official Site Sang Jendral. Yang menjadi prof Intelijen pertama di Dunia

Disqus Comments